Beranda PSPK Edisi 30: Survei Lingkungan Belajar – Seberapa Penting untuk Pembelajaran Anak?
PSPK kembali membuka ruang bagi publik untuk berdiskusi mengenai kebijakan pendidikan lewat Beranda PSPK Edisi 30. Kali ini, Survei Lingkungan Belajar: Seberapa Penting untuk Pembelajaran Anak menjadi topik yang akan dibahas dalam Beranda PSPK. Kegiatan ini dilaksanakan pada Jumat (3/9) lalu secara daring.
Sebagai salah satu kebijakan di dalam Asesmen Nasional, Survei Lingkungan Belajar menjadi isu yang cukup hangat diperbincangkan. Di mana di dalamnya terdapat banyak elemen yang terlibat, mulai dari guru, kepala sekolah, pemerintah daerah, dan tentu saja Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek).
Untuk itu, Beranda PSPK coba menghadirkan berbagai elemen yang akan menjadi sasaran dan pelaku utama dari Survei Lingkungan Belajar. Beranda PSPK kali ini dihadiri oleh Marwah Kollin sebagai siswi SMAN 78, Anggota Dewan Pembina Yayasan Sultan Iskandar Muda Foundation yaitu Tracey Yani Harjatanaya, Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan Kemendikbudristek yaitu Anindito Aditomo, S.Psi., M.Phil., Ph.D, dan tentunya Peneliti PSPK Indhi Wiradika.
Sebagai pembuka, Marwah selaku siswi bercerita bagaimana kondisi dan lingkungan belajar yang ada di sekitarnya. “Ada beberapa bagian siswa yang mungkin mengalami kesulitan ataupun (tindakan) diskriminatif,” ujar Marwah.
Tidak hanya itu, Marwah juga mengungkapkan bagaimana lingkungan yang belajar yang nyaman menurutnya. Bagi Marwah, lingkungan belajar yang kondusif mampu membuat proses pembelajaran yang terjadi menjadi jauh lebih optimal.
Dari sisi pengelola sekolah, Yayasan Sultan Iskandar Muda Foundation yang menaungi beberapa sekolah pada berbagai jenjang mulai dari TK hingga SMA/SMK mengungkapkan hal serupa. Diakui Tracey selaku anggota Dewan Pembina, sekolah-sekolah di bawah Yayasan Sultan Iskandar Muda telah lama menggunakan konsep semacam rapor guru.
“Rapor guru ini bentuknya bukan memberi nilai ya: Ini gurunya naik kelas atau enggak? Bukan. Tapi ini memberikan feedback, umpan balik kepada si gurunya,” jelas Tracey. Menurutnya, hal tersebut telah dilakukan selama kurang lebih satu dekade terakhir.
Sebagai konfirmasi bahasan-bahasan sebelumnya, Anindito Aditomo atau yang akrab disapa Nino selaku regulator mengamini apa yang menjadi harapan Marwah dan yang telah dilakukan oleh Tracey bersama yayasannya.
“Kalau terkait dengan harapan kami terkait Survei Lingkungan Belajar ini adalah bagaimana hasil survei ini bisa dimaknai dan dimanfaatkan secara optimal. Jadi dimaknainya lebih kepada tampilan atau pemaknaan yang memang dipahami oleh guru, dipahami oleh dinas, dipahami oleh kementerian,” tutur Nino.
Menutup diskusi, PSPK sebagai lembaga yang terus mendukung kebijakan agar tetap berpihak kepada anak berharap agar Survei Lingkungan Belajar yang akan dilakukan bukan hanya sekadar formalitas. Peneliti dari PSPK, Indhi, berharap bahwa Survei Lingkungan Belajar ini dapat dimaknai dengan pemaknaan yang sama baik oleh guru, sekolah, hingga pemerintah daerah selaku user.
“Kalau terkait dengan harapan kami terkait Survei Lingkungan Belajar ini adalah bagaimana hasil survei ini bisa dimaknai dan dimanfaatkan secara optimal.Karena yang bakal menerima atau mendapatkan hasil dari Survei Lingkungan Belajar ini cukup variatif user-nya,” tutup Indhi.
Perubahan pastinya akan selalu ada. Mari bersama-sama kita kawal perubahan yang terjadi agar pendidikan Indonesia semakin #BerpihakKepadaAnak.